
Karawang, Karawanghitz — Bau mulut atau halitosis menjadi salah satu masalah yang kerap dialami oleh umat Muslim selama menjalankan ibadah puasa. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh berkurangnya produksi air liur akibat tidak adanya asupan makanan dan minuman dalam waktu yang cukup lama. Akibatnya, bakteri dalam rongga mulut berkembang lebih cepat, menghasilkan senyawa sulfur yang menyebabkan bau tidak sedap.
Mengapa Puasa Bisa Menyebabkan Bau Mulut?
Menurut drg. Usman Sumantri, MSc., anggota Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), air liur memiliki peran penting dalam membersihkan rongga mulut dari sisa makanan dan bakteri. “Saat berpuasa, produksi air liur berkurang drastis, sehingga bakteri di mulut berkembang lebih cepat dan menyebabkan bau mulut. Inilah yang sering dialami oleh banyak orang saat menjalankan ibadah puasa,” ujarnya.
Selain faktor produksi air liur yang menurun, konsumsi makanan tertentu saat sahur dan berbuka juga dapat memperparah bau mulut. Makanan dengan bau menyengat seperti bawang, petai, dan jengkol dapat meninggalkan aroma yang bertahan lama di rongga mulut. Begitu pula dengan kebiasaan merokok yang dapat mengurangi kelembapan di mulut dan memicu munculnya bau tidak sedap.
Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Periodontology, disebutkan bahwa dehidrasi dan kurangnya kebersihan mulut menjadi dua faktor utama yang menyebabkan bau mulut saat berpuasa. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu yang rutin menjaga kebersihan gigi dan lidah memiliki tingkat halitosis yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak melakukannya.
Guru Besar Bidang Patologi Mulut dan Maksilofasial Universitas Airlangga, Prof. R.M. Coen Pramono D, drg., SU., Sp.B.M.M., Subsp.Ortognat-D (K)., FICS., juga menegaskan pentingnya menjaga kebersihan mulut selama berpuasa. “Menggosok gigi setelah sahur dan sebelum tidur, serta menggunakan pembersih lidah, dapat membantu mengurangi jumlah bakteri di rongga mulut. Selain itu, berkumur dengan obat kumur antiseptik juga bisa menjadi alternatif untuk menjaga kesegaran napas,” jelasnya.
Selain menjaga kebersihan mulut, konsumsi air putih dalam jumlah cukup saat sahur dan berbuka juga dapat membantu mengatasi masalah ini. Air putih dapat membantu menjaga kelembapan mulut dan mencegah dehidrasi yang bisa memperburuk bau mulut. Para ahli juga merekomendasikan konsumsi buah dan sayur yang tinggi serat karena dapat merangsang produksi air liur secara alami.
Meski bau mulut selama berpuasa adalah kondisi yang umum terjadi, namun jika halitosis berlanjut meskipun sudah menjaga kebersihan mulut, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter gigi. “Jika bau mulut tidak kunjung hilang, bisa jadi ada masalah kesehatan lain seperti infeksi gusi atau gangguan pencernaan yang perlu ditangani lebih lanjut,” tambah Prof. Coen Pramono.
Menjaga kesehatan mulut selama berpuasa tidak hanya meningkatkan kenyamanan dalam beribadah, tetapi juga mendukung interaksi sosial yang lebih baik. Dengan menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan mulut, masalah bau mulut selama Ramadan dapat diminimalisir.