Teknologi

DBD Melonjak 268 Kasus di Karawang, Warga Diminta Waspada

×

DBD Melonjak 268 Kasus di Karawang, Warga Diminta Waspada

Sebarkan artikel ini
DBD
Sumber Gambar: PFI MegaLife

Karawang, Karawanghitz — Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Karawang mengalami lonjakan signifikan pada awal tahun 2025. Hingga pertengahan Januari, tercatat sebanyak 268 pasien yang telah terdiagnosis DBD. Angka ini menunjukkan peningkatan yang cukup besar dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, dan mengkhawatirkan banyak pihak, terutama tenaga medis dan pemerintah setempat.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, jumlah kasus Demam Berdarah Dengue pada Januari 2025 ini telah mencapai hampir separuh dari total kasus yang tercatat sepanjang tahun 2024. Hal ini menimbulkan kecemasan mengingat Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi serius, bahkan berisiko mengancam jiwa, terutama bagi anak-anak dan lansia.

Penyebab Lonjakan Kasus DBD

Beberapa faktor diduga menjadi penyebab utama lonjakan kasus DBD di Karawang. Salah satunya adalah perubahan cuaca yang tidak menentu. Musim hujan yang terjadi pada akhir tahun 2024 dan awal 2025 meningkatkan keberadaan genangan air yang menjadi tempat berkembang biak bagi nyamuk Aedes aegypti. Tidak hanya itu, faktor lingkungan seperti kebersihan lingkungan yang kurang terjaga juga menjadi penyebab utama berkembangnya populasi nyamuk pembawa virus Demam Berdarah Dengue.

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan di wilayah Karawang pada Desember 2024 dan Januari 2025 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Kondisi cuaca yang tidak menentu, dengan intensitas hujan yang tinggi, memperburuk kondisi lingkungan dan menciptakan tempat berkembang biak bagi nyamuk Aedes aegypti,” ujar Prof. dr. Asri C. Adisasmita., seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia.

Dampak Terhadap Masyarakat

Dampak dari meningkatnya jumlah kasus DBD ini sangat terasa di kalangan masyarakat. Banyak pasien yang harus dirawat di rumah sakit, dengan beberapa di antaranya mengalami gejala yang cukup parah, seperti perdarahan dan penurunan tekanan darah. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang mencatatkan peningkatan pasien rawat inap yang signifikan akibat DBD.

“Kami mencatat adanya peningkatan jumlah pasien Demam Berdarah yang dirawat di rumah sakit. Beberapa pasien datang dengan kondisi yang cukup parah, sehingga membutuhkan perawatan intensif,” ujar dr. Andri Sariful Alam, Kepala RSUD Karawang.

“Kami terus berupaya agar fasilitas rumah sakit tetap dapat melayani semua pasien dengan baik, meskipun jumlah pasien terus meningkat.” tutupnya.

Tidak hanya itu, lonjakan kasus Demam Berdarah juga berdampak pada aktivitas masyarakat, terutama anak-anak yang sering menjadi korban utama. Banyak sekolah yang terpaksa meliburkan siswa mereka setelah ditemukan beberapa kasus DBD di lingkungan sekolah. Salah satu orangtua siswa, Ibu Nilam, mengungkapkan kekhawatirannya. “Anak saya terpaksa diliburkan dari sekolah karena ada beberapa teman sekelasnya yang terkena DBD. Ini sangat mengkhawatirkan, terutama bagi anak-anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh lebih lemah,” katanya.

Upaya Pemerintah dan Masyarakat

Dalam menghadapi lonjakan kasus DBD, pemerintah Kabupaten Karawang telah mengambil berbagai langkah untuk menanggulangi penyebaran penyakit ini. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, dr. Endang Suryadi, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah berkembangnya nyamuk penyebab DBD. “Kami terus melakukan fogging (pengasapan) di beberapa titik rawan, dan mengajak masyarakat untuk rutin membersihkan tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk, seperti genangan air di sekitar rumah,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga bekerja sama dengan puskesmas dan rumah sakit untuk meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan bagi pasien DBD. Program penyuluhan kesehatan mengenai gejala awal DBD dan langkah pencegahan juga gencar dilakukan melalui berbagai media sosial dan aplikasi pesan instan. “Masyarakat harus paham betul mengenai tanda-tanda DBD, seperti demam tinggi, nyeri di belakang mata, dan pendarahan, agar bisa segera mendapatkan penanganan medis,” tambah dr. Endang.

Pencegahan DBD memang menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Masyarakat diminta untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan, seperti menutup rapat tempat penampungan air, membersihkan saluran air, dan mengubur atau mendaur ulang barang-barang yang bisa menjadi tempat perindukan nyamuk.

Harapan untuk Penanganan yang Lebih Baik

Meskipun kondisi saat ini cukup mengkhawatirkan, diharapkan melalui kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat, jumlah kasus DBD dapat ditekan. “Kami berharap dengan upaya bersama, baik itu dari sektor pemerintah maupun masyarakat, jumlah kasus DBD bisa berkurang. Pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan adalah kunci untuk memutus rantai penularan penyakit ini,” tutup dr. Endang.

Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan peningkatan kesadaran masyarakat, diharapkan Karawang dapat menanggulangi wabah DBD dan melindungi kesehatan warganya.