
Karawang, Karawanghitz — Pergaulan sehat di dunia kampus menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi kehidupan mahasiswa. Sebagai tempat berkembangnya pemikiran dan kreativitas, universitas juga menjadi tempat bagi mahasiswa untuk bertemu dengan berbagai individu dari latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu, penting bagi kampus untuk menciptakan lingkungan pergaulan yang sehat, agar mahasiswa dapat berinteraksi dengan baik dan menghindari perilaku negatif.
Pergaulan yang sehat adalah hubungan sosial yang memberikan pengaruh positif dan menjadi salah satu aspek penting dalam menciptakan atmosfer akademik yang kondusif dan mendukung perkembangan pribadi setiap mahasiswa. Ini adalah hubungan yang mendorong seseorang untuk menjadi lebih baik, memberikan dukungan saat baik maupun terpuruk.
Pendapat Para Ahli Mengenai Pergaulan Sehat di Lingkungan Kampus
Menurut Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, seorang pakar psikologi pendidikan, “Mahasiswa yang memiliki lingkungan pergaulan yang sehat cenderung lebih percaya diri, memiliki motivasi belajar yang tinggi, dan mampu menghadapi tantangan akademik dengan lebih baik.”
Langkah pertama dalam menciptakan pergaulan sehat adalah dengan membangun komunikasi yang terbuka antar sesama mahasiswa. Mahasiswa seringkali datang dari latar belakang yang berbeda, baik dalam hal budaya, agama, atau kebiasaan sehari-hari. Hal ini bisa memunculkan perbedaan pandangan yang cukup tajam. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk saling menghargai perbedaan dan menciptakan ruang diskusi yang konstruktif.
Rachmat Hidayat, Ph.D., dosen sosiologi di Universitas Negeri Jakarta, menyatakan, “Kampus adalah miniatur masyarakat yang lebih besar, sehingga mahasiswa harus belajar memahami dan menghargai perbedaan sejak dini. Ini akan membentuk karakter mereka dalam kehidupan bermasyarakat di masa depan.”
Salah satu cara paling efektif untuk membangun pergaulan sehat di lingkungan universitas adalah dengan mendorong mahasiswa untuk aktif dalam berbagai kegiatan positif dan kreatif. Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), atau komunitas yang memiliki tujuan positif dapat menjadi wadah yang baik.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat dan minat mereka, tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan baru yang bermanfaat bagi perkembangan pribadi dan profesional mereka. Mahasiswa juga dapat membangun hubungan yang lebih dalam, berbagi pengalaman, dan mendapatkan dukungan dari teman-teman yang memiliki visi dan tujuan yang sama.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2022, mahasiswa yang aktif dalam kegiatan kampus memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak aktif.
“Kegiatan ekstrakurikuler memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan kerja sama tim, yang semuanya berkontribusi pada pergaulan yang lebih sehat,” ujar Prof. Bambang Hartono, salah satu peneliti dalam studi tersebut.
Pergaulan sehat di universitas juga menuntut mahasiswa untuk bisa memilih teman-teman yang membawa pengaruh positif dalam hidup mereka. Terkadang, mahasiswa yang terjebak dalam pergaulan negatif dapat terpengaruh oleh perilaku buruk seperti merokok, mengonsumsi alkohol, atau terlibat dalam kegiatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Menghindari pergaulan negatif bukan berarti menutup diri dari pertemanan, tetapi lebih kepada menjaga kualitas hubungan.
“Lingkungan sosial yang positif berperan besar dalam menentukan kebiasaan dan gaya hidup mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa perlu cerdas dalam memilih lingkungan pergaulan mereka,” ungkap Novita Silaen, M.Psi., seorang ahli kesehatan mental.
Tak kalah pentingnya, mahasiswa juga perlu dibekali dengan keterampilan untuk mengelola stres dan tekanan hidup di kampus. Banyak mahasiswa yang merasa tertekan dengan tuntutan akademik, kehidupan sosial, atau masalah pribadi lainnya, yang akhirnya memengaruhi kualitas pergaulan mereka. Oleh karena itu, memiliki mekanisme coping yang sehat sangat diperlukan.
Teknik manajemen stres seperti olahraga, meditasi, atau sekadar berbicara dengan teman yang dipercaya dapat membantu mahasiswa menjaga kesehatan mental mereka. “Mahasiswa yang memiliki keseimbangan antara akademik dan kehidupan sosialnya cenderung lebih sukses dalam menyelesaikan studinya,” kata Yuli Susilowati, M.M., seorang psikolog klinis.
Peran pihak universitas dalam menciptakan pergaulan sehat sangatlah penting. Pihak kampus harus proaktif dalam memberikan pembinaan kepada mahasiswa, baik melalui kegiatan bimbingan, pendampingan, maupun pembentukan karakter. Adanya dosen pembimbing atau konselor di kampus sangat membantu mahasiswa dalam menghadapi masalah pergaulan yang mungkin mereka hadapi, baik dalam hal hubungan sosial maupun permasalahan pribadi. Universitas juga perlu menciptakan lingkungan yang aman dari tindakan kekerasan, bullying, atau pelecehan yang bisa merusak suasana pergaulan sehat.
Beberapa kampus di Indonesia telah menerapkan program bimbingan dan konseling bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam pergaulan. Misalnya, Universitas Gadjah Mada memiliki program “Sahabat Mahasiswa” yang menyediakan layanan konsultasi gratis bagi mahasiswa yang mengalami kesulitan sosial atau akademik.
“Dengan adanya program ini, mahasiswa bisa mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan tanpa merasa takut untuk berbicara tentang masalah mereka,” kata Rektor UGM, Prof. Dr. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K)., Ph.D.
Pergaulan sehat di lingkungan universitas merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan suasana akademik yang produktif dan harmonis. Melalui langkah-langkah seperti meningkatkan kesadaran, mendorong kegiatan positif, serta menyediakan dukungan kesehatan mental, universitas dapat membantu mahasiswa membangun hubungan sosial yang sehat. Dengan begitu, pergaulan sehat dapat tercipta, mendukung pembentukan karakter mahasiswa yang lebih baik, serta menciptakan lingkungan kampus yang lebih positif dan produktif.