Literasi Sekolah

Sinyal Lemah Ganggu Belajar Digital Siswa Karawang

×

Sinyal Lemah Ganggu Belajar Digital Siswa Karawang

Sebarkan artikel ini
Sinyal
Sumber gambar: GeminiAI

Karawang, Karawanghitz — Gawai di tangan, koneksi nyaris putus, memori ponsel hampir penuh, dan ruang belajar terbatas. Itulah potret nyata yang dihadapi banyak siswa di Karawang saat menjalani pembelajaran digital. Di balik layar gadget mereka, ada perjuangan yang tak terlihat. Bukan hanya soal memahami materi, tapi juga bagaimana mereka tetap terhubung dengan dunia pendidikan di tengah keterbatasan akses teknologi.

Pembelajaran digital telah menjadi kebutuhan utama dalam dunia pendidikan modern, bahkan di daerah-daerah yang sebelumnya belum sepenuhnya terjangkau infrastruktur digital memadai. Kabupaten Karawang, meskipun tergolong sebagai wilayah industri dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, masih menyimpan tantangan serius dalam pemerataan teknologi pendidikan. Salah satunya adalah masalah jaringan internet dan kapasitas perangkat yang digunakan oleh pelajar.

Sinyal Lemah Jadi Tantangan Harian

Banyak siswa yang tinggal di wilayah Karawang bagian utara dan selatan melaporkan bahwa sinyal internet di daerah mereka tidak stabil. Wilayah seperti Pakisjaya, Batujaya, dan Telukjambe sering mengalami gangguan koneksi, terutama saat jam-jam sibuk. Hal ini membuat mereka kesulitan mengikuti pembelajaran daring secara real-time. Beberapa siswa bahkan terpaksa keluar rumah, naik ke tempat tinggi, atau berjalan ke titik tertentu hanya untuk mendapatkan sinyal yang cukup agar bisa mengunduh materi atau bergabung dalam kelas virtual.

Laporan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tahun 2023 menunjukkan bahwa meskipun penetrasi internet nasional sudah mencapai 78,19%, daerah rural seperti Karawang masih menghadapi kesenjangan infrastruktur. Sinyal 4G belum sepenuhnya merata, dan banyak wilayah masih mengandalkan jaringan 2G atau 3G yang tidak stabil. Kondisi ini tentu berdampak langsung pada kualitas belajar siswa yang bergantung pada konektivitas.

Sinyal Lemah dan Perangkat Terbatas Menghambat Akses Konten Edukatif

Bukan hanya sinyal, keterbatasan memori ponsel juga menjadi kendala signifikan. Banyak siswa di Karawang masih menggunakan perangkat Android lama dengan kapasitas penyimpanan di bawah 32 GB. Ketika aplikasi pembelajaran seperti Google Classroom, Zoom, atau WhatsApp mulai memakan ruang, mereka terpaksa menghapus foto keluarga, musik, bahkan materi belajar terdahulu. Setiap kali ada tugas baru atau video edukatif yang harus diunduh, mereka harus memilih: simpan yang baru, atau korbankan yang lama.

Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa lebih dari 45% siswa di wilayah suburban Indonesia masih mengandalkan ponsel sebagai satu-satunya perangkat pembelajaran. Sayangnya, dukungan perangkat keras yang minim sering kali tidak sanggup memenuhi kebutuhan aplikasi belajar yang terus berkembang, baik dari sisi fitur maupun ukuran file. Ini membuat mereka tertinggal, bukan karena kemampuan belajar, tetapi karena alat bantu yang tak memadai.

Sinyal Lemah Tak Menghalangi Semangat Belajar

Namun di balik semua keterbatasan tersebut, semangat siswa Karawang untuk tetap belajar tidak padam. Banyak dari mereka mengatur ulang jadwal belajar di luar jam sibuk internet, mengatur ulang ruang penyimpanan secara berkala, hingga mencatat ulang materi dari video agar bisa dihapus dan diganti dengan tugas lain. Adaptasi ini menunjukkan bahwa mereka tidak menyerah pada keadaan, melainkan belajar menyesuaikan diri dalam ekosistem digital yang tidak selalu ideal.

Pemerintah daerah sendiri sebenarnya telah menggulirkan beberapa program bantuan perangkat dan kuota data, terutama pascapandemi. Namun distribusinya belum sepenuhnya merata. Beberapa sekolah di daerah pelosok masih mengandalkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk menyediakan akses Wi-Fi dan memfasilitasi laboratorium komputer terbatas. Sementara itu, para guru pun terus berupaya menyesuaikan metode pengajaran agar tidak selalu bergantung pada koneksi langsung atau file berat.

Sinyal Lemah Perlu Direspons dengan Solusi Berkelanjutan

Situasi ini menegaskan bahwa digitalisasi pendidikan bukan hanya soal menyediakan internet dan perangkat, tetapi juga membangun sistem yang inklusif. Pemerintah pusat dan daerah perlu bekerja sama lebih intens dalam membangun infrastruktur digital yang merata. Perusahaan penyedia layanan internet juga didorong untuk memperluas jangkauan sinyal mereka hingga ke daerah-daerah pinggiran Karawang.

Selain itu, perlu ada kebijakan pengembangan aplikasi edukasi yang ramah terhadap perangkat low-end dan penggunaan data minimal. Dengan begitu, siswa dari latar belakang ekonomi manapun tetap bisa mengakses materi pendidikan secara adil.

Digitalisasi pendidikan memang membawa banyak peluang, tapi juga menghadirkan tantangan baru bagi siswa di Karawang. Sinyal lemah dan memori penuh mungkin tampak sepele di mata sebagian orang, namun bagi para pelajar, itu adalah ujian harian yang menuntut ketekunan, kreativitas, dan daya juang tinggi. Di balik layar ponsel yang sering hang dan notifikasi “penyimpanan hampir habis”, ada masa depan yang sedang diperjuangkan. Dan mereka, para siswa Karawang, membuktikan bahwa semangat belajar bisa tumbuh bahkan di tengah keterbatasan paling teknis sekalipun.