Pendidikan

Skripsi vs Kerja! Strategi Cerdas Mahasiswa Karawang Hadapi Dilema Menjelang Lulus

×

Skripsi vs Kerja! Strategi Cerdas Mahasiswa Karawang Hadapi Dilema Menjelang Lulus

Sebarkan artikel ini
Skripsi
Sumber Gambar: Kompas.com

Karawang, Karawanghitz — Menjelang kelulusan, banyak mahasiswa tingkat akhir di Karawang dihadapkan pada dilema besar: menyelesaikan skripsi atau menerima tawaran kerja yang semakin banyak bermunculan. Karawang, sebagai salah satu pusat industri terbesar di Indonesia, menawarkan berbagai peluang kerja, terutama di sektor manufaktur dan logistik. Kawasan industri di Karawang Barat dan Karawang Timur menjadi magnet bagi para mahasiswa yang ingin cepat mandiri secara finansial. Namun, keputusan ini tidak semudah kelihatannya.

Dalam realitas yang dihadapi mahasiswa, tugas akhir bukan sekadar tugas akademik, tetapi merupakan batu loncatan penting menuju gelar sarjana. Sementara itu, dunia kerja menjanjikan pengalaman dan penghasilan yang menggiurkan. Tak sedikit mahasiswa yang tergoda mengambil pekerjaan paruh waktu, magang, bahkan full-time, dengan harapan dapat menambah pengalaman dan mempercepat kemandirian finansial. Namun, tekanan dari dua sisi ini justru sering kali menimbulkan benturan kepentingan.

Skripsi Tertunda Akibat Fokus Kerja

Fenomena mahasiswa yang tertunda kelulusannya karena terlalu fokus bekerja semakin umum ditemukan di Karawang. Banyak yang awalnya berniat “kerja sebentar sambil skripsi”, namun berujung pada skripsi yang terbengkalai dan revisi yang tak kunjung selesai. Kondisi ini memicu penundaan sidang akhir bahkan hingga berbulan-bulan. Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2023, rata-rata durasi studi mahasiswa di Indonesia mencapai 4,9 tahun, dan salah satu penyebabnya adalah keterlambatan dalam menyelesaikan tugas akhir.

Sebaliknya, ada pula mahasiswa yang memilih menyelesaikan skripsi terlebih dahulu dengan harapan memperoleh gelar sarjana tepat waktu dan memasuki dunia kerja dalam posisi lebih strategis. Pilihan ini menuntut komitmen tinggi dan kemampuan untuk menahan godaan penghasilan cepat. Mereka harus mengalokasikan waktu, tenaga, dan pikiran sepenuhnya pada proses akademik, mulai dari bimbingan rutin hingga menyusun draf-draf revisi.

Skripsi Fleksibel dan Adaptasi Kampus

Melihat kondisi ini, beberapa perguruan tinggi di Karawang mulai berinovasi dalam sistem pembelajaran dan tugas akhir. Ada kampus yang menerapkan model skripsi berbasis proyek, yang memungkinkan mahasiswa mengerjakan skripsi dalam bentuk laporan kerja nyata atau studi kasus di tempat magang. Inovasi ini bertujuan mengakomodasi mahasiswa yang juga bekerja, sehingga skripsi tidak menjadi hambatan, melainkan bagian dari proses adaptasi ke dunia kerja.

Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Karawang, misalnya, telah memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengambil program magang industri sebagai bagian dari proses penyusunan skripsi. Hal serupa juga diterapkan di beberapa politeknik dan sekolah tinggi di wilayah tersebut. Adaptasi ini menjadi solusi win-win, karena mahasiswa tetap dapat menyelesaikan pendidikan sambil mempersiapkan karier profesional.

Skripsi Tetap Prioritas, Tapi Butuh Manajemen Waktu

Pada akhirnya, baik memilih menyelesaikan skripsi terlebih dahulu maupun bekerja sambil kuliah, keduanya adalah keputusan pribadi yang memiliki risiko dan tantangan masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana mahasiswa mampu mengenali prioritas dan mengelola waktu dengan bijak. Dengan perencanaan yang matang, mahasiswa dapat menjalani masa transisi dari kampus ke dunia kerja secara seimbang, tanpa harus mengorbankan salah satu aspek yang penting bagi masa depan mereka.

Bagi mahasiswa tingkat akhir di Karawang, masa ini adalah ujian kesiapan dalam menghadapi dunia nyata. Dengan potensi industri dan pendidikan yang besar di daerah ini, mereka memiliki kesempatan untuk tumbuh secara akademik maupun profesional. Kuncinya adalah konsistensi, pengelolaan waktu, dan kesadaran atas tujuan jangka panjang.