Karawang, Karawanghitz — Gangguan kesehatan mental atau mental illness merupakan masalah kejiwaan yang rentan terjadi pada remaja. Menurut hasil survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, terdapat sebanyak 15,5 juta atau 1 dari 3 remaja (34,8%) Indonesia mengalami masalah kesehatan mental.
Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan atau bisa juga karena tekanan yang menyebabkan stress berjangka panjang.
Liana Ayu Lestari Salim, mahasiswi semester 1 Universitas BSI Kampus Karawang mengungkapkan penyebab remaja alami gangguan mental adalah tekanan dari luar dan dalam, salah satunya datang dari keluarga. “Orang tua yang menekan anaknya untuk mendapatkan prestasi terbaik dapat memicu anak tersebut mengalami gangguan mental,” ucap Liana saat diwawancarai di lingkungan kampusnya pada Selasa (10/12).
Mengharapkan anak untuk mendapatkan prestasi terbaik bukanlah hal yang salah, tentu saja semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun, sebagai orang tua sebaiknya tidak menuntut anak mereka dengan keras. “Kita tidak tahu apakah anak itu benar-benar senang atau justru merasa tertekan menjalani kehidupan dan pendidikan sesuai harapan orang tuanya, bukan dengan keinginannya sendiri,” tambah Liana.
Anak bukanlah robot yang bisa terus dipaksa untuk melakukan sesuatu dan mengikuti semua keinginan orang tuanya. Terkadang, dengan dalih demi kebaikan, banyak orang tua yang memaksakan anak mereka melakukan hal-hal yang mereka inginkan tanpa bertanya apakah sang anak setuju.
Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Tapi, bukan berarti mereka harus memaksakan kehendak pribadi, melainkan dengan mendukung apa pun yang anak mereka ingin lakukan selama itu masih dalam batas kebaikan. Karena jika terus-terusan diberi tekanan, justru itu dapat memengaruhi kesehatan mental anak tersebut.