PendidikanLiterasi Sekolah

Toleransi Menumbuhkan Karakter Inklusif Anak TPQ Lewat Edukasi Islam Kontekstual

×

Toleransi Menumbuhkan Karakter Inklusif Anak TPQ Lewat Edukasi Islam Kontekstual

Sebarkan artikel ini
Toleransi
Sumber Gambar: Mahasiswa UBSI Cikampek

Karawang, Karawanghitz — Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, toleransi menjadi fondasi penting dalam menjaga harmoni sosial dan keberagaman. Nilai ini tidak hanya relevan bagi orang dewasa, tetapi juga sangat krusial untuk ditanamkan sejak dini, khususnya melalui lembaga pendidikan keagamaan.

Menyadari pentingnya hal tersebut, sekelompok mahasiswa dari Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Program Studi Sistem Informasi Akuntansi melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan fokus pada penguatan nilai toleransi di TPQ Al-Hidayah, Desa Cibungur, Kabupaten Purwakarta.

TPQ sebagai lembaga pendidikan nonformal Islam biasanya dikenal sebagai tempat pembelajaran baca-tulis Al-Qur’an. Namun, dalam konteks sosial saat ini, TPQ juga diharapkan dapat membentuk karakter peserta didiknya agar tidak hanya religius secara ritual, tetapi juga memiliki wawasan sosial yang inklusif.

Berdasarkan pengamatan awal tim pengabdian, TPQ Al-Hidayah yang berada di lingkungan multikultural belum memiliki kurikulum atau pendekatan khusus yang menanamkan nilai-nilai toleransi antarumat beragama secara eksplisit.

Toleransi dalam Metode Edukasi Kontekstual dan Interaktif

Bertemakan “Beda Itu Biasa, Rukun Itu Istimewa”, program ini dirancang melalui metode edukatif berbasis pendekatan Islam kontekstual yang mudah dipahami anak-anak. Pendekatan ini mengintegrasikan ajaran Islam universal tentang kasih sayang dan penghormatan terhadap sesama dalam bentuk kegiatan menyenangkan, kreatif, dan penuh makna.

Selama pelaksanaan program, tim pengabdian melibatkan 15 peserta didik dan guru TPQ dalam serangkaian kegiatan, mulai dari edukasi interaktif, pelatihan guru, simulasi sosial dan permainan peran, hingga pembuatan video edukasi digital yang disebarluaskan melalui media sosial. Modul pembelajaran yang disusun tim mengacu pada nilai-nilai dasar Islam tentang tasamuh (toleransi), yang termaktub dalam berbagai ayat Al-Qur’an, seperti QS. Al-Hujurat ayat 13 yang menekankan pentingnya saling mengenal di tengah perbedaan.

Kegiatan pelatihan guru menjadi bagian krusial dalam program ini. Para pendidik diberikan pelatihan tentang bagaimana menyampaikan nilai toleransi kepada anak-anak melalui narasi yang membumi dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hasilnya, para guru merasa pendekatan baru ini lebih menyenangkan dan efektif dibanding metode tradisional yang cenderung satu arah.

Hasil Positif dalam Meningkatkan Kesadaran Toleransi

Evaluasi yang dilakukan menunjukkan peningkatan pemahaman yang signifikan terhadap konsep toleransi di kalangan peserta didik. Anak-anak mampu menyebutkan contoh konkret bagaimana bersikap menghargai teman yang berbeda dan mulai mengembangkan sikap empati serta keterbukaan. Mereka memahami bahwa meskipun keyakinan dan budaya bisa berbeda, setiap manusia berhak diperlakukan dengan hormat dan setara.

Selain itu, video edukasi pendek yang diproduksi selama kegiatan juga berhasil menjangkau khalayak lebih luas di media sosial, dengan pesan utama bahwa nilai-nilai Islam yang penuh kasih tidak bertentangan, bahkan sangat mendukung, praktik hidup berdampingan secara damai di tengah keberagaman.

Menurut data dari Setara Institute (2023), kasus intoleransi di tingkat masyarakat masih cukup tinggi, dengan banyaknya laporan diskriminasi yang terjadi pada kelompok minoritas agama. Kondisi ini menunjukkan pentingnya upaya preventif yang dimulai sejak pendidikan anak usia dini. Penguatan nilai toleransi yang dilakukan melalui pendekatan edukatif ini sejalan dengan program Moderasi Beragama yang dicanangkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

Rekomendasi Pengembangan Program Serupa

Kegiatan pengabdian ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan karakter di TPQ Al-Hidayah, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan model pembelajaran Islam yang lebih inklusif dan relevan. Edukasi kontekstual dengan pendekatan interaktif terbukti efektif dalam membentuk karakter anak yang toleran dan siap hidup di tengah masyarakat majemuk. Program ini diharapkan dapat direplikasi di TPQ lain di berbagai daerah sebagai bagian dari strategi jangka panjang dalam membangun masyarakat yang damai dan saling menghargai.

Di tengah maraknya wacana identitas dan polarisasi sosial, inisiatif kecil seperti ini memiliki dampak besar jika dilakukan secara konsisten. Dengan melibatkan elemen masyarakat, tenaga pengajar, dan peserta didik secara aktif, nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin dapat benar-benar diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Toleransi bukan sekadar konsep, melainkan praktik hidup yang harus ditanamkan sejak dini.